Sabtu, 10 November 2012

SECUIL NUANSA SURGA DI GUCI TEGAL


KOMPAS, SELASA 16 OKTOBER 2012
PESONA NUSANTARA


Air panas alami guci, sebagai daerah wisata di lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah, terletak pada ketinggian  sekitar 1500 meter di atas permukaan laut. Selama ini, wisatawan yang berkunjung ke Gucitertarik pada dua hal, yakni air panas alami serta suasana alamnya yang sejuk dengan udara dingin.
            Kawasan wisata seluas 125 hektar ini, yang lokasinya mirip sendok, berada di sebuah jalan buntu di kampung Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal atau sekitar 47 kilometer dari kota Tegal. Obyek wisata ini memiliki air terjun dan sumber mata air panas yang mengalir deras di beberapa anak sungai.
            “Ibarat hikayat surga selalu mengalir sungai di bawahnya. Rasanya Guci ini seperti secuil surga yang terlempar ke bumi,” kata ny Ikmah, warga Tegal yang selalu menyempatkan berwisata ke Guci setiap Idul Fitri.
            Air beberapa sungai dan anak sungai di Guci memang jernih. Sebuah keistimewaan, airnya panas alami. Kondisi ini jadi andalan. Lazimnya air panas bumi mengandung belerang. Namun, air panas di guci justru bersih. Air panas itu terasa kontras dipadukan denga suhu rata-rata udara di kawasan itu yang selalu kurang dari 20 derajat celcius.
            Air panas itu mengalir dari sumber air, antara lainyang dinamai Jedor, Sigedong, Pengantian, Kembar, Capit Urang, Sengang, Konyal, Kesepuhan, Pengasihan, dan Teyeng. Sumber air atau tuk itu terpelihara sehingga meski kemarau, airnya masih mengalir jernih.
            Dari sejumlah lokasi pemandian air panas, terdapat lokasi favorit wisatawan, yaitu kolam alami pancuran 13, pancuran 7, dan pancuran 5. Lokasi ketiga pancuran ini berdekatan di bawah air terjun Sigedong dan Kembar.
            “Keluarga kami lebih suka mandi di pancuran yang alamnya terbuka. Anak-anak paling suka mandi seolah di sungai, airnya mengalir deras. Mereka puas bermain air tanpa takut kedinginan,” ujar Kuncoro, warga Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, yang beberapa saat lalu ditemui tengah berwisata bersama keluarga di guci.
            Walau dini hari, Kuncoro tak ragu mengajak dua anaknya, Hanif dan Nurul, mandi di kolam pancuran 13. Banyak wisatawan lain juga melakukan hal yang sama. Jarak kolam pancuran dengan hotel tempat wisatawan menginap itu hanya sekitar 500 meter. Seiring kabut turun, air panas di kolam itu langsung menghangatkan badan.
            Wisatawan yang ingin privasi dapat mandi di pemandian kamar tertutup, dengan membayar Rp.5.000 untyuk durasi 30 menit. ”Pengunjung yang mandi di kamar tertutup diseleksi. Mereka yang menderita asma dan sakit jantung dilarang,” jelas Karno, pegawai di kompleks wisata Guci.
Berkah dari Kendi Sunan
            Air panas di Guci memberikan berkah bagi warga sekitar dan juga pemerintah Kabupaten Tegal. Dalam setahun, obyek wisata ini memberikan pendapatan daerah sekitar Rp 2 milliar. Hasil ini dari kunjungan sekiatr 22.000 wisatawan per bulan.
            Seiring dengan wisata Guci yang ramai, tentu juga mendorong ekonomi warga setempat. Misalnya, usaha Ny Ika dengan mengelola pondok wisata, rumah yang disewakan setelah mendapatkan izin usaha dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Guci, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal. Pondokan disewakan Rp.400.000 per malam. Pada akhir pekan, tarif pondok itu naik 30 persen.
            Air panas di Guci diyakini wisatawan amat baik untuk terapi menghilangkan nyeri atau penyakit kulit. “Dari cerita turun-menurun, khasiat air panas guci ini tiada lain berkah dari doa Sunan Gunungjati,” kata Zaenal, warga setempat.
            Lokasi ini semula bernama Kampung Keputihan atau tempat belum terjamah. Suatu ketika, di kampung ini terjadi paceklik, bencana. Berbagai penyakit menyerang warganya. Tanaman pun diserbu hama. Datanglah Syekh Elang Sutajaya, utusan Sunan Gunungjati, Cirebon, Jawa Barat.
            Syekh Elang tiba di Keputihan sambil membawa air yang sudah didoai oleh Sunan Gunungjati dalam gentong kecil (guci). Alhasil, bencana itu berlalu. Warga pun memohon agar Sunan Gunungjati memberi doa sehingga air panas yang mengalir di sungai kampung bisa sebagai obat penyembuh penyakit. Sejak saat itu, Kampung Keputihan berganti nama menjadi Kampung Guci.
            Guci peninggalan Syekh Elang kini di Museum Nasional, Jakarta. Guci itu dipindah penyimpanannya semasa pemerintahan bupati Brebes Raden Cakraningrat.
Jalanan satu arah
            Untuk mencapai kawasan pemandian air panas alami Guci, wisatawan bisa memakai bus umum dari Semarang atau Cirebon, dan turun di Kota Tegal. Dari Tegal lalu naik angkutan minibus menuju Desa Tuwel, dengan perjalanan sekitar satu jam. Dari Desa Tuwel lalu naik ojek atau angkutan bak terbuka menuju Guci. Tarif sewa ojek dari Tuwel ke Guci Rp.30.000 per orang. Biaya sewa mobil bak terbuka Rp.10.000 per orang.
            Untuk wisatawan yang mengendarai sepeda motor atau mobil pribadi, tentu saja lebih mudah. Lokasi wisata ini bisa diakses dari Kota Tegal, Purwokerto atau Purbalingga di Jawa Tengah.
            Namun, Kepala UPTD Guci, Sutanto Karno, mengakui, sarana jalan masih jadi kendalauntuk pengembangan obyek wisata itu. Selama ini, jalan bagi wisatawan yang akan masuk ataupun keluar dari Guci masih satu jalur.
            Pemkab Tegal akan membuat jalan lingkar, yang memisahkan arus lalu lintas masuk ke Guci dengan yang akan meninggalkan obyek wisata itu. Bila jalan lingkar itu terwujud, tentu kenyamanan ini akan mendongkrak jumlah pengunjung ke pemandian air panas alami guci.
            Walaupun demikian, pengelolaan wisata air panas alami Guci tetap terus mengembangkan fasilitas rekreasi di kawasan itu sehingga wisatawan tak melulu hanya menikmati air panas. Dengan penambahan fasilitas itu, diharapkan wisatawan bisa lebih lama tinggal di Guci.
            Fasilitas wisata yang banyak diminati anak-anak adalah naik kuda. Kini, ada 43 ekor kuda terlatih yang siap mengantar wisatawan menikmati lingkungan Guci. Supaya kegiatan naik kuda tidak mengganggu wisatawan lain, dibangun pula rute kuda. Tarif naik kuda untuk jarak dekat Rp.10.000 per orang. Untuk jarak jauh, berkeliling di kawasan Guci sekitar Rp.50.000.
            Dengan beragam tambahan fasilitas, Guci diharapkan benar-benar seperti secuil surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar